Oleh karena pengeluaran setiap orang berbeda, dan saya tidak mungkin mengetahui berapa besar pengeluaran Anda, saya akan berikan tiga hal yang harus Anda perhatikan dalam mengatur pengeluaran.
1. Bedakan kebutuhan dan keinginan.
2. Pilihlah prioritas terlebih dahulu.
3. Ketahui cara yang baik dalam mengeluarkan uang untuk setiap pos pengeluaran.
1. Bedakan kebutuhan dan keinginan
Pernahkah Anda melihat orang yang profilnya persis sama dengan Anda? Oke, katakan saja Anda seorang wanita berusia 30-an. Anda seorang ibu rumah tangga. Suami anda berusia 35 tahun, ganteng, dan bekerja di sebuah perusahaan besar sebagai manajer. Anda dikaruniai dua orang anak; satu masih duduk di kelas 1 SD dan yang satu lagi di TK. Anda tinggal di pinggiran sebuah kota yang cukup besar di Jawa. Katakan saja penghasilan Anda sekeluarga sekitar sekian juta rupiah sebulan.
Menariknya, Anda melihat ada seorang wanita yang profilnya sama seperti Anda. Berumur sekitar 30-an, ibu rumah tangga, suami berusia 37 tahun yang bekerja sebagai manajer senior dengan penghasilan kurang lebih sama dengan keluarga Anda. Mereka juga dikaruniai dua orang anak, yang pertama kelas 3 SD dan yang
kedua mau masuk SD. Tempat tinggal mereka pun ternyata tidak jauh dari area Anda.
Apa yang membuat penasaran, keluarga yang Anda lihat itu─walaupun berpenghasilan kurang lebih sama dengan keluarga Anda─bisa memiliki gaya hidup yang serba berkecukupan. Tidak mewah, tapi cukup. Mereka sepertinya Atur Pengeluaran Anda 14 tidak pernah kehabisan uang setiap tanggal 20 , bisa mempunyai reksadana, dan selalu bisa membayar pengeluaran-pengeluarannya. Sementara keluarga Anda,
baru tanggal berapa, uang sudah habis; rasanya penghasilan Anda tidak pernah cukup.
Pertanyaannya sekarang, kok bisa? Apa sih yang membedakan?
Pengalaman saya, kalau dua keluarga memiliki penghasilan kurang lebih sama, usia sama, semua profilnya sama, tapi yang satu selalu bisa hidup berkecukupan sementara keluarga yang satu lagi tidak, biasanya keadaan ini disebabkan oleh perbedaan keinginan. Sekali lagi, perbedaan keinginan, bukan perbedaan kebutuhan.
“Bedakan antara kebutuhan dan keinginan”
Ya, kebutuhan dua keluarga tersebut kurang lebih sama. Sembako, transportasi, telepon, pulsa HP, dan seterusnya, pasti sama. Perbedaannya adalah keinginan. Keluarga yang satu mungkin memiliki keinginan yang tidak ada batasnya, sementara keluarga yag satu lagi tidak. Bisa juga dua keluarga tersebut memiliki keinginan yang sama banyaknya, tapi keluarga yang satu bisa mengendalikannya sehingga bisa memiliki tabungan dan deposito. Sebaliknya, keluarga yang satunya lagi tidak bisa mengendalikan keinginan sehingga tidak bisa memiliki tabungan dan deposito.
Apa beda kebutuhan dan keinginan?
Dari segi bahasa, “butuh adalah kata sifat yang menunjukkan bahwa Anda memang harus melakukan satu hal (apa pun itu) karena memang di-“butuh”-kan. Misalnya, membayar ini atau membayar itu yang memang menjadi kebutuhan. Sebaliknya, “ingin” menunjukkan bahwa tindakan yang Anda lakukan lebih karena Anda memang meng-“ingin”-kannya.
Pada kenyataannya, “butuh” dan “ingin” juga memiliki perbedaan-perbedaan lain yang sering kali tidak kita sadari sehingga kita sering melanggarnya. Pertama, “butuh” adalah satu hal yang harus kita prioritaskan, sementara “ingin” bisa dilakukan dilakukan setelah yang “butuh” terpenuhi. Namun faktanya, kebanyakan kita sering kali memakai gaji untuk hal-hal yang memang kita “inginkan” terlebih dahulu sebelum membeli hal-hal yang kita “butuhkan”. Jadi, pantas saja banyak orang yang sudah kehabisan uang bahkan sebelum mereka membeli kebutuhan-kebutuhannya. Ini terjadi karena mereka mendahulukan keinginan daripada kebutuhan.
Kedua, “butuh” umumnya ada batasnya, tapi “ingin” biasanya tidak. Kebutuhan membeli sembako, membayar transportasi, pulsa HP, pasti ada batasan rupiahnya, jumlahnya pasti segitu-gitu saja. Akan tetapi, “ingin”, biasanya tidak ada batasnya. Apa pun yang Anda lihat di toko atau mal saat ini bisa jadi Anda inginkan. Bahkan setiap kali Anda datang ke toko atau ke mal, setiap kali itu juga biasanya keinginan Anda untuk membeli jadi besar. Tidak ada jaminan bahwa keinginan Anda setiap bulan akan terus sama jumlahnya kalau dilihat dari rupiahnya. Bisa jadi lebih besar pada bulan tertentu, menurun di bulan depannya, tapi meningkat dua kali dibanding bulan pertama pada bulan ketiga. Jadi, kenapa gaji Anda sering kali habis?
Pada beberapa kasus adalah karena kita, selain mendahulukan keinginan daripada kebutuhan, juga memiliki keinginan tidak terbatas. Padahal, kalau hanya difokuskan pada kebutuhan, biasanya gaji Anda cukup. Ketiga, “butuh” biasanya tidak selalu Anda “inginkan” dan “ingin” biasanya tidak selalu Anda “butuhkan”. Apa pun yang Anda beli karena Anda butuhkan seperti sembako, pulsa HP, membayar telepon, listrik, dan seterusnya tidak selalu Anda inginkan. Beberapa di antaranya bahkan tidak Anda inginkan sama sekali, tapi
karena Anda butuh, ya Anda beli. Sebaliknya, barang-barang yang Anda beli karena memang “ingin”, kadang-kadang tidak selalu Anda butuhkan, tapi toh Anda beli juga karena memang Anda ingin. Baju bagus misalnya (padahal baju Anda sudah penuh sampai satu lemari), HP keluaran terbaru, atau hal-hal semacam itu.
2. Pilihlah prioritas terlebih dahulu
Masih ingatkah Anda berapa pos pengeluaran yang biasa Anda lakukan setiap bulan? Mencapai 20─25 pos, bukan? Apa yang harus Anda lakukan adalah membagi pos-pos pengeluaran tersebut menjadi 3 kelompok: Biaya Hidup, Cicilan Utang, dan Premi Asuransi.
Biaya Hidup adalah semua pos pengeluaran yang biasa Anda lakukan agar Anda, keluarga Anda, serta rumah Anda bisa tetap hidup. Contohnya sembako (agar Anda dan keluarga bisa tetap hidup), telepon, listrik, dan air (agar rumah Anda bisa tetap hidup), SPP anak dan semacam itu (agar anak Anda bisa menjalani hidupnya), dan seterusnya.
Cicilan Utang adalah semua pos pembayaran utang yang biasa Anda lakukan setiap bulan, seperti pembayaran cicilan rumah, cicilan kendaraan, cicilan kartu kredit, dan seterusnya.
Premi Asuransi adalah semua pengeluaran yang Anda lakukan untuk membayar pengeluaran-pengeluaran asuransi Anda, seperti asuransi jiwa, asuransi kesehatan, atau asuransi kerugian, seperti asuransi rumah dan asuransi kendaraan.
Kalau saya mengatakan bahwa Anda mempunyai tiga kelompok pengeluaran dan Anda harus memilih satu saja yang harus Anda prioritaskan, kelompok mana yang Anda pilih?
Pasti jawaban Anda adalah Biaya Hidup. Betul?
Anda Salah!
Biaya hidup memang penting, tapi ingat bahwa pos Biaya Hidup itu banyak sekali. Kebanyakan pos dalam kelompok Biaya Hidup tidak akan bermasalah kalau pembayarannya Anda geser selama 3─4 hari lebih lambat dari biasanya.
Belanja bulanan, misalnya. Tidak apa-apa ‘kan kalau Anda menggeser pembayarannya lebih lambat 3, 4, 5 hari? Makanya jangan melakukan Belanja Bulanan saat semua kebutuhan Anda habis.
Jadi, apa yang sebaiknya diprioritaskan dari tiga kelompok tadi? Saran saya, Cicilan Utang!
Kenapa? Pertama, jumlah pos dalam kelompok Cicilan Utang di sebuah keluarga biasanya tidak sebanyak jumlah pos dalam kelompok Biaya Hidup. Kalaupun Anda mempunyai utang paling banter Cicilan Utang Anda tidak sampai 5 atau 7 pos: cicilan rumah, cicilan motor, cicilan mobil, dan kartu kredit kalau Anda nyicil …
Kedua, pos Cicilan Utang biasanya mempunyai akibat tersendiri kalau Anda tidak membayarnya. Apa itu? Denda! Biasanya denda dihitung per hari. Selain itu, saldo utang yang belum Anda bayar hanya gara-gara telat sering kali akan kena bunga lagi. Padahal, Anda hanya telat bayar beberapa hari. Setelah Anda membayar Cicilan Utang, prioritas kedua ialah menggunakan gaji Anda untuk membayar pos-pos Premi Asuransi. Kenapa? Kalau Anda telat membayar Premi Asuransi, proteksi yang Anda miliki dari program asuransi bisa hilang. Bukan satu dua kali saya mendengar banyak nasabah yang tidak dibayarkan klaim asuransinya gara-gara preminya terlambat dibayar. Padahal, hanya terlambat beberapa hari. Jadi, setelah menggunakan gaji untuk membayar Cicilan Utang, gunakanlah untuk membayar Premi Asuransi.
Nah, prioritas ketiga, barulah membayar pos-pos dalam kelompok Biaya Hidup. Dijadikan prioritas ketiga bukan berarti Biaya Hidup tidak penting, tapi karena Anda ingin mendahulukan kelompok-kelompok pengeluaran lain yang memang “berbahaya” kalau telat bayar.
Jadi, urutan prioritas yang saya sarankan ialah Cicilan Utang, kemudian Premi Asuransi, dan terakhir Biaya Hidup.
3. Ketahui cara yang baik dalam mengeluarkan uang untuk setiap pos pengeluaran
Masih ingatkah Anda ketika saya meminta Anda menuliskan pos-pos pengeluaran? Nah, hal ketiga yang harus anda lakukan adalah mengetahui cara yang baik dalam mengeluarkan uang untuk setiap pos tersebut.
Pos-pos pengeluaran Anda sampai 20-an; telepon, listrik, air, sembako, iuran arisan, transportasi, dan lain-lain. Nah, yang harus Anda lakukan adalah mengetahui cara yang baik dalam mengeluarkan uang untuk pembayarannya.
Contohnya, Anda harus mengetahui cara yang baik dalam menggunakan telepon agar pembayaran Anda di Akhir bulan tidak mahal. Misalnya, pakailah telepon seperlunya, hati-hati dengan penggunaan internet, jangan sering menghubungi handphone kalau tidak perlu. Oke, kita bicara tentang listrik. Anda juga harus tahu bagaimana menggunakan listrik agar pembayaran Anda tidak mahal. Misalnya, matikan alat elektronik kalau Anda memang sedang tidak memakainya, kurangi pemakaian alat elektronik secara bersamaan pada waktu tertentu, ganti lampu yang boros dengan lampu hemat energi, dan seterusnya. Kita tidak membahas semua pos pengeluaran karena akan banyak memboroskan waktu. Satu hal yang ingin saya tekankan disini: bila Anda ingin mengetahui cara yang baik dalam mengeluarkan uang untuk setiap pos pengeluaran, lakukan satu
kata yang sudah sering kita dengar selama hidup kita. Apa itu? Penghematan!!!
Selama bertahun-tahun, saya mempunyai pemahaman yang salah dengan kata “berhemat”. Kenapa? Buat saya, berhemat sering kali identik dengan hidup menderita. Bukan satu dua kali saya mendengar orang bilang, “Kalau mau hemat, jalan kaki aja …”
Itulah kalimat yang sering dipakai untuk menggambarkan bagaimana image orang tentang kata hemat. Ibaratnya, kalau Anda biasa berkendaraan sendiri dari rumah ke tempat kerja, sekarang Anda nggak usah membawa kendaraan kalau mau hemat, jalan kaki aja.
Beberapa tahun terakhir, saya baru menyadari bahwa pemahaman saya terhadap kata “hemat” tenyata nggak benar. Hemat, adalah mencari cara agar Anda bisa mengeluarkan uang yang lebih sedikit untuk bisa mencapai tujuan yang sama. Misalnya, Anda akan pergi dari Jakarta ke Medan dengan pesawat. Anda tahu
harga tiket pesawat dari airline tertentu, dari Jakarta ke Medan, katakanlah Rp.700 ribu. Anda ingin berhemat. Pemahaman orang tentang penghematan biasanya mengganti perjalanan pesawat tersebut dengan menggunakan perjalanan darat.
Naik mobil, misalnya, atau naik bus eksekutif, yang berarti Anda harus menghabiskan waktu lebih dari 24 jam di perjalanan. Tenyata yang benar, penghematan bisa juga Anda lakukan dengan mencari alternatif maskapai penerbangan lain, yang siapa tahu bisa memberikan harga lebih murah. Jadi, Anda tetap naik pesawat dan tetap menempuh jam perjalanan yang sama (kurang lebih 2 jam), tetapi dengan harga lebih murah. Dari sinilah saya lalu membuat kalimat sederhana yang sering saya munculkan ketika saya seminar: “Ketika Anda berhemat, berhematlah secara kreatif, bukan menderita …”.
Jadi, berhematlah. Dengan mengetahui cara berhemat, Anda bisa mengetahui dan mencari tip mengeluarkan uang secara bijak untuk setiap pos pengeluaran.
Sumber: Safir Senduk
Edited by CG